Kali ini saya akan memposting hal yang mainstrem, hoho
Salah satu acara pencarian bakat yang sudah lama naik daun,
X-Factor. Yang ditayangkan jumat malam kemarin memang cukup menarik perhatian.
Di mana salah satu pesertanya (sebut merk aja ya) Fatin Shidqia Lubis yang
tiba-tiba di awal lupa lirik saat menyanyikan lagu “Everything at once” yang
dipopulerkan oleh lenka. Setelah menyanyi ia menangis karena Tengsin. Seketika saya mencoba mencari
nama fatin pada kotak search twitter untuk menemukan beberapa tweet yang memuat
nama fatin disana. Setelah membaca satu persatu, ternyata kebanyakan berisi
tentang pernyataan kecewa, hingga memaki-maki peserta tersebut, mungkin saja
mereka haters. Bahkan timeline saya sendiri juga sama isinya. Hanya segelintir
orang saja yang memberi semangat dan tidak peduli dengan twit orang lain.
Oke, disini saya bukanlah penggemar Fatin, bahkan saya tidak
tahu rumahnya dimana. Saya disini hanyalah pengamat dari sebuah ajang yang
menarik ini. Disini saya menilai perilaku seseorang di media digital memang
dapat dinilai menyimpang, mereka terlalu bebas dan kadang mengikuti aliran yang
ada. Ya maklum, saat berinteraksi di dunia kita memang tidak bertatap muka
secara langsung dengan lawan bicara. Contohnya seperti ini. Mungkin anda akan
takut jika berhadapan dengan preman di dunia nyata, tapi apa yang terjadi jika
preman tersebut tetap berada di depan anda tapi dengan perantara webcam? Dan
preman tersebut tidak tahu siapa anda dan rumah anda. Tentunya anda akan lebih
berani, bahkan mengumat di depan preman tersebut hingga ia naik pitam, karena preman
tersebut tidak mungkin memukuli anda.