Senin, 24 Juni 2013

Pohon Tinggi

Kali ini saya akan memposting hal yang mainstrem, hoho

Salah satu acara pencarian bakat yang sudah lama naik daun, X-Factor. Yang ditayangkan jumat malam kemarin memang cukup menarik perhatian. Di mana salah satu pesertanya (sebut merk aja ya) Fatin Shidqia Lubis yang tiba-tiba di awal lupa lirik saat menyanyikan lagu “Everything at once” yang dipopulerkan oleh lenka. Setelah menyanyi ia menangis karena Tengsin. Seketika saya mencoba mencari nama fatin pada kotak search twitter untuk menemukan beberapa tweet yang memuat nama fatin disana. Setelah membaca satu persatu, ternyata kebanyakan berisi tentang pernyataan kecewa, hingga memaki-maki peserta tersebut, mungkin saja mereka haters. Bahkan timeline saya sendiri juga sama isinya. Hanya segelintir orang saja yang memberi semangat dan tidak peduli dengan twit orang lain.

Oke, disini saya bukanlah penggemar Fatin, bahkan saya tidak tahu rumahnya dimana. Saya disini hanyalah pengamat dari sebuah ajang yang menarik ini. Disini saya menilai perilaku seseorang di media digital memang dapat dinilai menyimpang, mereka terlalu bebas dan kadang mengikuti aliran yang ada. Ya maklum, saat berinteraksi di dunia kita memang tidak bertatap muka secara langsung dengan lawan bicara. Contohnya seperti ini. Mungkin anda akan takut jika berhadapan dengan preman di dunia nyata, tapi apa yang terjadi jika preman tersebut tetap berada di depan anda tapi dengan perantara webcam? Dan preman tersebut tidak tahu siapa anda dan rumah anda. Tentunya anda akan lebih berani, bahkan mengumat di depan preman tersebut hingga ia naik pitam, karena preman tersebut tidak mungkin memukuli anda.

Kamis, 14 Maret 2013

Kehidupan OTAKU di Indonesia


Secara bahasa, otaku adalah sebutan bagi seseorang yang memiliki dedikasi kuat terhadap hobinya. Namun karena perkembangan zaman, Otaku menjadi istilah yang digunakan untuk orang yang memiliki hobi hal-hal berbau jepang, bisa juga disebut J-Lover. Seperti Anime (serial animasi), Tokusatsu (superhero), Manga (komik), J-Music (Musik Jepang), dan masih banyak lagi.
Otaku banyak didentikkan sebagai orang yang menghabiskan waktunya di depan komputer. maklum, anime atau hal-hal berbau jepang sangat sulit ditemukan di stasiun televisi internasional sehingga para otaku sering menggali informasi di internet.
Di indonesia, otaku memang kurang populer dibandingkan K-Popers (Orang yang suka dengan hal-hal berbau Korea). Padahal jauh sebelum Korean wave melanda Indonesia sudah sangat banyak jumlah otaku di indonesia. Hal ini dikarenakan kurang diterimanya kebiasaan otaku oleh masyarakat indonesia. Para otaku seringkali disebut “anak kecil” karena suka menonton film kartun. Itulah alasan Otaku sering menyembunyikan hobinya tersebut dari orang awam. Padahan sebagian besar anime yang tayang di jepang adalah konsumsi untuk anak usia 13 tahun ke atas, bahkan ada yang untuk konsumsi dewasa. Namun di Indonesia anime masih dianggap kartun, dan kartun adalah konsumsi anak kecil.
Japan wave sempat menerpa indonesia bersamaan dengan munculnya group band bernama J-Rocks yang memperkenalkan Harajuku Style dan Japannese Rock. Orang-orang mulai berdandan ala jpang bahkan artis sekalipun. Namun ini juga bukan hal yang baik bagi para Otaku, J-Rocks yang diduga menjiplak gaya band jepang bernama L’Arc~en~Ciel sempat menerima cacian dari para fanatik, namun ada juga yang malah pro karena J-Rocks menjadi satu-satunya band papan atas indonesia yang beraliran Japannese Rock.
Lambat laun pamor J-Rocks meredup, berganti dengan Korean Wave yang mengakibatkan para otaku cowok menjadi gerah karena banyak otaku cewek yang berpindah menjadi K-Popers. Selain itu anime yang disiarkan di TV indonesia pun semakin berkurang, minggu pagi menjadi semakin kelabu. Kini mereka mau tidak mau harus mendownload terlebih dahulu anime yang ingin mereka tonton.
Di awal tahun 2012, yang masih dalam suasana Korean Wave muncullah idol group yang merupakan sister group dari AKB48 yaitu JKT48. Tentunya ini disambut meriah oleh para otaku di seluruh indonesia karena mereka tidak perlu mengidolakan artis yang jauh karena mereka telah “membuka cabang” di indonesia. Namun seperti halnya J-Rocks, JKT48 juga mendapatkan kritikan negatif dari otaku juga, mereka menganggap JKT48 secara kualitas belum bisa disandingkan dengan AKB48 dan sister grupnya yang ada di jepang. Hal seperti inilah yang sering memecah belah para otaku.
Meskipun demikian Korean Wave kini semakin meredup tak seperti dulu namun Japan Wave belum bisa dikatakan fenomenal karena masih banyak orang yang awan tentang hal ini. Mulai banyaknya restoran jepang, acara yang berbau jepang dan kepopuleran JKT48 mrupakan angin segar untuk para otaku. Para otaku telah sepakat, meskipun begitu mengagumi negara jepang, mereka akan tetap mencintai budaya mereka sendiri. Indonesia.