Senin, 24 Juni 2013

Pohon Tinggi

Kali ini saya akan memposting hal yang mainstrem, hoho

Salah satu acara pencarian bakat yang sudah lama naik daun, X-Factor. Yang ditayangkan jumat malam kemarin memang cukup menarik perhatian. Di mana salah satu pesertanya (sebut merk aja ya) Fatin Shidqia Lubis yang tiba-tiba di awal lupa lirik saat menyanyikan lagu “Everything at once” yang dipopulerkan oleh lenka. Setelah menyanyi ia menangis karena Tengsin. Seketika saya mencoba mencari nama fatin pada kotak search twitter untuk menemukan beberapa tweet yang memuat nama fatin disana. Setelah membaca satu persatu, ternyata kebanyakan berisi tentang pernyataan kecewa, hingga memaki-maki peserta tersebut, mungkin saja mereka haters. Bahkan timeline saya sendiri juga sama isinya. Hanya segelintir orang saja yang memberi semangat dan tidak peduli dengan twit orang lain.

Oke, disini saya bukanlah penggemar Fatin, bahkan saya tidak tahu rumahnya dimana. Saya disini hanyalah pengamat dari sebuah ajang yang menarik ini. Disini saya menilai perilaku seseorang di media digital memang dapat dinilai menyimpang, mereka terlalu bebas dan kadang mengikuti aliran yang ada. Ya maklum, saat berinteraksi di dunia kita memang tidak bertatap muka secara langsung dengan lawan bicara. Contohnya seperti ini. Mungkin anda akan takut jika berhadapan dengan preman di dunia nyata, tapi apa yang terjadi jika preman tersebut tetap berada di depan anda tapi dengan perantara webcam? Dan preman tersebut tidak tahu siapa anda dan rumah anda. Tentunya anda akan lebih berani, bahkan mengumat di depan preman tersebut hingga ia naik pitam, karena preman tersebut tidak mungkin memukuli anda.