Jumat, 09 Mei 2014

Dewasaisasi Film Superhero Amerika

Film amazing spiderman 2 baru aja tayang nih di bioskop indonesia, yang pengen nonton, silahkan. Tapi coba anda lihat berita, hampir bersamaan dengan premiere film tersebut ada kejadian memilukan tentang seorang anak yang terjun dari apartemen karena tidak diperbolehkan menonton film tersebut. Jujur, seandainya saya menjadi ibu dari anak itu, tidak akan saya biarkan ia menontonnya. Mengapa? Coba anda cek film-film superhero amerika baru-baru ini, ya.. banyak sekali adegan-adegan yang seharusnya tidak boleh ditonton oleh anak-anak. Padahal kita tahu bahwa banyak anak-anak yang banyak mengidolakan tokoh-tokoh tersebut. Dan orang dewasa terutama orang tua seolah tidak peduli, karena itu film superhero ya pastinya memang ditujukan oleh anak-anak.

Selasa, 15 April 2014

Saya ini geram ya..

Judul di atas mengutip dari salah satu standup comedian (you know who). Ya kira-kira begitulah tema dari tulisan ini sekaligus isi dari ungkapan hati saya nantinya :v
Merasa tergelitik ketiga membaca timeline twitter salah satu teman saya yang juga seorang aktivis dari Universitas Seberang #nomention . Kira-kira twitnya tentang kekecewaanya pada mahasiswa tahun ini yang seolah terpecah belah oleh partai-partai yang mereka dukung. Twit selanjutnya saya memang tidak begitu paham karena melibatkan salah satu organisasi yang masalahnya cuma dia yang tau. Jadi memang benar apa yang dia twitkan, tapi disini tidak akan membahas tentang partai-partai, karena saya sendiri masih newbie untuk masalah politik negara. Saya ingin kecilkan hingga skala kampus.
Sebenarnya ini mungkin bukan sebuah masalah politik, hanya sebuah kasus dalam kehidupan organisasi kampus. Selama dalam kehidupan berorganisasi di kampus mungkin saya bukanlah orang yang berpengaruh. Paling tinggi mendapat amanah setingkat kepala divisi yang secara langsung mengkoordinasi staff-staff dan siap menerima perintah dari ketua. Namun saya sendiri lebih sering mengamati bagaimana sikap para mahasiswa dalam organisasi. Masing-masing mengunggulkan organisasinya, berlomba-lomba membuat event besar dari skala regional sampai internasional. Namun outputnya hanya berjalan sementara alias tidak berkelanjutan. Lalu akhirnya muncul para kritikus organisasi mahasiswa (biasanya para senior) yang menilai bahwa mahasiswa sekarang tak lebih dari event organizer. Hanya mampu memperkaya skill mereka sendiri, tapi kontribusinya terhadap negara? Nol.
Selain itu yang saya amati, menilik twit teman saya tadi, banyak ormawa yang “tidak akur” satu sama lain, sulit untuk diajak bekerjasama. Kebanyakan karena perbedaan ideologi, ruang lingkup, regional, AGAMA bahkan ALIRAN. Padahal kita tau, bahwa kekuatan yang lebih banyak tentunya akan tercipta pergerakan yang lebih besar. Tapi kita lihat sekarang sesama ormawa malah asyik saling ejek dan saling sindir satu sama lain.
Sudah, maaf jika tulisannya sotoy