Selasa, 20 Juli 2010

Hal yang berbeda di MIPA (Part 1)

Ini adalah hal2 yang menurut saya begitu berbeda di kehidupan lama saya sebelum berada di lingkungan UNS. Dimulai saat saya mengantri test kesehatan di aula gedung B FMIPA UNS, disana saya disambut oleh kakak2 SKI (Syiar Kegiatan Islam), yaitu sebuah organisasi tingkat fakultas yang bergerak pada bidang dakwah keislaman. Saya berbincang2 dengan mereka kemudian tak terasa saya telah keluar dari antrean sehingga saya harus mulai dari awal lagi >.<

Akhirnya setelah menunggu bermenit-menit tibalah giliran saya untuk test kesehatan. Terjadilah sebuah kesalahan fatal, saya belum fotokopi slip pembayaran..!!!! Akhirnya saya keluar ruangan yang kemudian dicegat oleh kakak SKI yang tadi berbincang2 dengan saya. "Mau fotokopi dek?" tanyanya dengan nada yg super ramah. "iya mas, fotokopiannya dimana ya?" jawab saya dengan nada yang super polos. "Ya dah saya anterin" jawabnya. Akhirnya saya diantarkan ke tempat fotokopian yang jaraknya agak jauh dari tempat pendaftaran bersama seorang anak metematika yang juga mau fotokopi. Mulai saat itu saya berfikir, kakak itu benar2 baik banget, sebuah persepsi kemudian muncul: Anak SKI tu baik2 :D, dan saat itu pula timbul keinginan untuk ikut SKI.

Hari berganti hari saya semakin penasaran dengan organisasi islam tersebut,. suatu hari SKI mengadakan sebuah event, saya ikut bersama dua teman saya. saat itulah saya mengenal SKI lebih dalam. seperti antara laki2 dan perempuan harus selalu diberi hijab, sesama anggota saling memberi tausyiah, dan sosok mereka yang sangat sederhana. baru kali ini saya dipertemukan orang2 seperti mereka.

Acara berakhir, beberapa hari kemudian diadakan perekrutan anggota SKI, saya mencoba mengajak salah seorang teman saya untuk ikut perekrutan. Tetapi dia menolak dengan argumen2 khas seorang pengacara "di SKI tidak bebas, kita gak boleh deket2 ma cewek, kamu tahu sendiri kan? teman sekelas kita yang cewek mencapai 70%, dan yang golongan alim cuma 10%. kalo kita membatasi hubungan dengan mereka sama saja kita terasing. dan paling sulit, apakah kamu siap jadi JOMBLO SEUMUR HIDUP?" kata2 teman saya tersebut mendengung ditelinga hingga menggetarkan medula spinalis saya. saat itu status saya memang sedang berpacaran, dan tidak mungkin saya meninggalkan kekasih yang tercinta. lalu aku berfikir dua kali. Bersambung ke bagian 2 ^^, dibaca ya... kalo gak dibaca bisa timbul fitnah ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar